Dahulu sekali saya ingin punya perusahaan (PT / Perseroan Terbatas). Rasanya keren sekali kalau punya PT, namanya ada di PT, atau bahkan menjadi direkturnya. Ini sebelum tahu apa yang terjadi di belakang layar, yaitu kerja keras. Nah, sekarang saya tahu bahwa sebaiknya kita jangan tergesa-gesa membuat perusahaan. Begini.
Ketika kita membuat perusahaan, maka ada kewajiban-kewajiban yang harus kita lakukan. Salah satu kewajiban yang merepotkan adalah urusan pajak. Setiap bulan kita harus melaporkan pajak (meskipun nihil), demikian pula akhir tahun. Repot banget. Kalau perusahaan kita jalan dan lancar hal ini tidak masalah, tetapi kalau perusahaan gagal bagaimana?
Tadinya saya pikir kalau perusahaan gagal, tinggal kita tutup saja. Ternyata tinggal itu tidak hanya tinggal. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Nah, ternyata untuk menutup perusahaan dibutuhkan biaya yang cukup besar juga. Padahal kita menutup perusahaan karena gagal (dan mungkin tidak punya duit atau malah ribut antara sesama pemilik saham). Akhirnya jauh lebih mudah membiarkan perusahaan hidup tetapi tidak ada kegiatan. Ini tidak melepaskan kewajiban untuk urusan pajak dan surat-surat lainnya. Pokoknya repot saja.
Analogi terbaik yang pernah saya dengar adalah membuat perusahaan itu seperti punya anak. Tidak bisa kita berkata, “gak jadi”
No comments:
Post a Comment